Minggu, 21 Maret 2010

Apakah Tasawuf itu?

Apakah Tasawuf ?
Karakter baik, dan kesadaran tentang Tuhan.
Itulah tasawuf, hanya itu

Apakah Tasawuf ?
Cinta dan Kasih Sayang.
Itulah obat untuk kebencian dan balas dendam. Hanya itu.

Apakah Tasawuf ?
Hati yang mencapai ketentraman …
Yang merupakan akar kata iman. Hanya itu?

Apakah Tasawuf ?
Mengkonsentrasikan pikiran, itulah agama Ahmad.
Hanya itu?

Apakah Tasawuf ?
Perenungan yang melayang menuju tahta Ketuhanan.
Inilah tatapan jauh kedepan. Hanya itu?

Tasawuf berarti menjaga jarak dari imajinasi dan tahayul.
Tasawuf berada dalam kepastian. Hanya itu?

Menyerahkan jiwa dalam lindungan agama yang sakti;
Inilah Tasawuf. Hanya itu?

Tasawuf adalah jalan lancar dan terang benderang.
Itulah jalan ke surga yang paling diagungkan. Hanya itu?

Aku dengar bahwa perasaan gembira pemakai wol
Muncul setelah menemukan citarasa agama. Hanya itu?

Tasawuf tak lain hanyalah syariat.
Itulah jalan yang jelas dan bersih. Hanya itu?

---000---

Puisi Penyair Anonymous Persia yang diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A.A Godlas, Ph.D. Associate Professor University of Georgia.
Labib M. : Mengurai Taswuf, Irfan & Kebatinan. Cet. I. Pt Lentera Basritama, Jakarta, Juni 2004. Hal. 7-8.

Mengenal Dzat Allah

Pepatah mengatakan : Tak jumpa maka tak kenal, tak kenal maka tak cinta. Cinta kepada Allah semata. Cinta kasih adalah rahasia Allah.
Dia menciptakan manusia dalam bayangan rahman (hadist Rosululloh).
Bagaimana caranya kita mengenal Dzat Allah? Dimana? Kemana kita harus mencari Dzat Allah? Apakah harus ke Mekkah ataukah ke negeri Cina? Apakah sedemikian jauhnya Dzat Allah itu berada?
Bagi umat Islam sebagai bahan rujukannya adalah Al Qur’an dan hadist Rosulullah.

BERDASARKAN AL QUR’AN ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

1. BILA HAMBA-HAMBA KU BERTANYA TENTANG AKU KATAKANLAH BAHWA AKU DEKAT (AL BAQARAH 2 : 186).
2. LEBIH DEKAT AKU DARI PADA URAT LEHER (AL QAF 50 : 16).
3. KAMI AKAN PERLIHATKAN KEPADA MEREKA TANDA-TANDA (AYAT-AYAT) KAMI DI SEGENAP PENJURU DAN PADA DIRI MEREKA (FUSHSHILAT 41 : 53).
4. DZAT ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU (FUSHSHILAT 41 : 54).
5. DIA (ALLAH) BERSAMAMU DIMANAPUN KAMU BERADA
(AL HADID 57 : 4).
6. KAMI TELAH MENGUTUS SEORANG UTUSAN DALAM NAFS (DIRI)-MU (AT TAUBAH 9 : 128).
7. DI DALAM DIRI-MU APAKAH ENGKAU TIDAK MEMPERHATIKAN (ADZ DZAARIYAAT 51 : 21).
8. TUHAN MENEMPATKAN DIRI ANTARA MANUSIA DENGAN QOLBUNYA (AL ANFAAL 8 : 24).
9. AKU CIPTAKAN MANUSIA DENGAN CARA YANG SEMPURNA
(AT TIN 95 : 4).

Manusia diciptakan dengan cara yang sempurna. Berarti bahan dasarnya juga harus sempurna yaitu Dzat Yang Maha Sempurna. SETELAH AKU SEMPURNAKAN KEJADIANNYA AKU TIUPKAN RUH-KU KE DALAMNYA ( AL HIJR 15 : 29 ). Berarti Dzat Allah berada di dalam diri setiap manusia, baik mata belo maupun mata sipit, hidung mancung maupun pesek, kulit hitam, putih, coklat maupun kuning.
Dzat Allah bisa berada di dalam semua mahluk ciptaanNYA, misalnya di dalam bunga yang berwarna-warni. Dzat Ilahiah menjadi tersembunyi didalam semua mahluk ciptaanNya, seperti halnya biji gandum, setelah menjadi roti biji gandumnya tidak nampak namun dzat gandumnya tetap ada, tersembunyi di dalam roti. Disisi lain DZAT ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU berarti alam semesta termasuk planet bumi ini berada di dalam “JUBAH” ALLAH. Kita semua tenggelam atau baqa dalam Tuhan. Bila Jubah Allah itu bulat seperti bola maka kita semua seperti berada di dalam bola yang kemanapun kita menghadap baik kekiri, ke kanan, ke atas maupun kebawah disanalah Wajah Allah. DIA ada dimana-mana namun dalam ke-Esa-an-NYA, DIA tidak kemana-mana.


HADITS QUDSI DAN HADITS RASULULLAH :

1. MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU : Barang siapa mengenal nafs (diri) nya, maka dia mengenal Tuhan nya.
2. WA MAN AROFA ROBBAHU FAQOD JAHILAN NAFSAHU : Barang siapa mengenal Tuhannya maka dia merasa bodoh.
3. MAN TOLABAL MAOLANA BIGOERI NAFSI FAQODDOLA DOLALAN BAIDA : Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri maka dia akan tersesat semakin jauh.
4. IQRO KITAB BAQO KAFA BINAFSIKA AL YAOMA ALAIKA HASBI : Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri.
5. ALLAHU BATHINUL INSAN, AL INSANU DHOHIRULLAAH : Allah itu bathinnya manusia, manusia adalah dhohirnya (kenyataannya) Allah.
6. AL INSANU SIRI WA ANA SIRUHU : Rahasia kalian adalah rahasia-Ku.
7. DALAM SETIAP RONGGA ANAK ADAM AKU CIPTAKAN SUATU MAHLIGAI YANG DISEBUT DADA, DI DALAM DADA ADA QOLBU, DALAM QOLBU ADA FUAD, DALAM FUAD ADA SYAGOFA, DI DALAM SYAGOFA ADA SIR, DALAM SIR ADA AKU, TEMPAT AKU MENYIMPAN RAHASIA.
8. LAA YARIFALLAAHU GHOIRULLAH : Yang mengenal Allah hanya Allah.
9. AROFTU ROBBI BI ROBBI : Aku mengenal Tuhan melalui Tuhan.
10. MAA AROFNAKA HAQQO MA’RIFATAKA : Aku tidak mengenal Engkau, kecuali sampai sebatas pengetahuan yang Engkau perintahkan.

Apakah kita bisa bertatap muka secara langsung dengan Allah? Mari kita lihat Surat Al Baqarah ayat 1 : ALIF LAM MIM. Mengapa tidak dibaca ALAM atau ALIM??? HANYA ALLAH YANG MENGETAHUI ARTINYA. Yang mengetahui Allah hanya Allah. Huruf Alif adalah milik Allah, Lam untuk utusan Allah dan Mim untuk Muhammad (insan, manusia) …
Antara Alif dan Mim ada Lam, antara Allah dan manusia ada apa?? ADA SIR.
Sir dalam hal ini bisa berperan sebagai utusan, sebagai pembawa berita, sebagai naluri, sebagai angan-angan atau imajinasi, sebagai generator dan bisa juga sebagai mikro prosesor penerima atau pengolah data.

TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT BERCAKAP-CAKAP DENGAN ALLAH, KECUALI DENGAN WAHYU, ATAU DARI BELAKANG TABIR, ATAU DENGAN MENGIRIMKAN UTUSAN-NYA DENGAN SEIZIN-NYA.
( AS-SYUARA 42 : 51 ).
MULAI HARI INI AKU SINGKAPKAN TABIR YANG MENUTUPI MATAMU, MAKA PENGLIHATANMU AKAN MENJADI TAJAM (AL QAAF 50 : 22).
TUHAN MENEMPATKAN DIRI ANTARA MANUSIA DENGAN QOLBUNYA. (AL ANFAL 8 : 24).

Qolbu merupakan titik terendah dari sumbu komunikasi vertikal kepada Allah. Tabir akan menjadi transparan dan akan menjadi kabel penghubung untuk berkomunikasi dengan Allah, manakala kita tidak ragu-ragu akan kebenaran Al Qur’an dan yakin akan ke ghoiban Allah dimana qolbu merupakan pintu masuk ke alam ghoib. Komunikasi dengan Allah hanya bisa melalui dzikir qolbu.

INILAH KITAB YANG TIADA DIRAGUKAN, SUATU PETUNJUK BAGI MEREKA YANG TAKWA, YAITU MEREKA YANG BERIMAN KEPADA YANG GHOIB.
( AL BAQARAH 2 : 2-3 )

DAN SEBUTLAH ( NAMA ) TUHANMU DALAM HATIMU…( AL A’RAF 7 : 205 ).
DIA AKAN MEMBERI PETUNJUK KEPADA HATINYA ( AT TAGABUN 64 :11 )
DIALAH JIBRIL YANG MENURUNKAN AL QUR’AN KE DALAM QOLBUMU DENGAN SEIZIN ALLAH (AL BAQARAH 2 : 97).

Oleh karena itu seorang akan betul-betul yakin kepada kebenaran Al Qur’an dan hakikat Dzat, setelah yang bersangkutan mengalami hal-hal yang bersifat ghoib. Pengalaman ghoib itulah yang sangat didambakan oleh para pencari Tuhan. Pengalaman ghoib itulah yang disebut ilmu ilhamiah atau ilmu laduni yang lebih dipercayai oleh mereka para sufi dari pada ilmu akal.

BARANG SIAPA YANG HATINYA DIBUKA OLEH ALLAH KEPADA ISLAM (DAMAI) MAKA IA ITU MENDAPAT CAHAYA DARI TUHAN NYA.
(AZ ZUMAR 39 : 22).

Menurut Al Ghazali Dzat Allah itu sangat terang benderang, sehingga hanya bisa ditangkap oleh mata hati.
CAHAYA DI ATAS CAHAYA (AN NUR 35),
DIA (ALLAH) TIDAK TERCAPAI OLEH PENGLIHATAN MATA
(AL AN’AM 6 : 103).

YANG PERTAMA-TAMA AKU BERIKAN KEPADA MEREKA (YANG BERIMAN) ADALAH NUR KU YANG AKU TARUH DI HATI MEREKA (HADITS QUDSI).

Ketika Musa berdo’a ingin melihat Tuhan, maka Tuhan berfirman :
ENGKAU (MUSA) TIDAK AKAN SANGGUP MELIHAT AKU.
MAKA MANAKALA TUHANNYA MEMPERLIHATKAN DIRI DI ATAS BUKIT, BUKIT ITU HANCUR DAN MUSA JATUH TIDAK SADARKAN DIRI
(AL A’RAF 7 : 143).

Maka dengan demikian adalah sangat terlarang untuk menyingkap tabir rahasia Allah, kita tidak boleh melewati batas-batas yang telah ditetapkan Allah.
ALLAH MEMPUNYAI TUJUHPULUH HIJAB CAHAYA DAN KEGELAPAN; SEANDAINYA DIA MENYIBAKKAN HIJAB-HIJAB ITU MAKA KEAGUNGAN WAJAHNYA AKAN MEMBAKAR SEGALA YANG DILIHAT OLEH MAHLUK-NYA ( HADITS ROSULULLAH ).

Berpikirlah kamu tentang makhluk Allah, jangan berpikir tentang Dzat Penciptanya.
Aku tidak mengenal Allah, kecuali sampai sebatas pengetahuan yang telah Allah berikan kepadaku. ( Hadits Rosulullah ).
Bila kita berusaha mencoba menyingkap tabir tersebut, maka kita akan hancur lebur seperti halnya dalam riwayat Nabi Musa yang ingin melihat Allah, dimana gunung sekalipun akan hancur. Mengenal Tuhan harus melalui Tuhan. Dia yang mengenali dan Dia yang dikenali adalah sama. Jasmani Musa dengan ke-aku-annya tidak mungkin bisa berhadapan dengan Tuhan, karena tidak ada sesuatu wujud yang lain disamping Allah. Kekasaran jasmani dan ke-aku-an merupakan tabir yang pekat.
Sesungguhnya Allah telah memberikan peringatan kepada kita semua :

WA YUHADZDZITU KUMULLAHU NAFSAHU : DIA MEMPERINGATKAN KA MU TERHADAP DIRINYA (AL IMRAN 3 : 30).

KULLU SYAI’IN HAALIKUN ILLAA WAJHAHU : SEGALA SESUATU AKAN MUSNAH KECUALI WAJAHNYA (AL QASHASH 28 : 88).

Bila ingin berjumpa dengan Tuhan, hancur luluhkan dirimu sendiri, ke-akuan-mu, egomu, tutup mata dan telingamu, tutup semua ilmu dan teori tentang Dzat, kosongkan hati dan pikiranmu dari segala sesuatu selain Allah semata, maka KE-AKU-AN TUHAN, RUH TUHAN dalam dirimu akan muncul memperlihatkan JAMAL-NYA. AKU dan AKU saling bertemu dan berdialog. Demikianlah apa yang dilakukan Musa selama 40 hari dan 40 malam, sehingga Musa pun bisa menerima wahyu 10 Perintah Tuhan. Demikian juga Nabi Muhammad SAW, menurut para sesepuh, wahyu pertama turun setelah 40 hari dan 40 malam di Gua Hira.
Shabda Rosulullah : Kita harus bisa mati sebelum mati.

Dzat sebagai Huwa (Dia)

Sebagai HUWA ( DIA ) adalah DZAT WAJIBUL WUJUD, wajib adanya dan MUMKINU WUJUD mungkin adanya, tersembunyi dalam KEILAHIAN (ULUHIIYYAH) disebut NUQOT GHOIB (BIJI YANG SAMAR).
TIADA DIA MELAHIRKAN DAN TIADA JUGA DIA DILAHIRKAN
(AL IKHLAS 112 : 3).
DIA YANG AWAL DAN DIA YANG AKHIR, DIA YANG DHOHIR DAN DIA YANG BATHIN (AL HADID 57 : 3).
DIA sebagai dzat yang tanpa kwalitas (TANZIIH) dan DIA juga berkwalitas (TASBIH). LAESA KAMITSLIHI SYAI’UN WAHUWASSAMI’UL BASHIR : TAK SERUPA DENGAN APAPUN adalah Dzat tanpa kwalitas, DIA YANG MAHA MENDENGAR DAN MAHA MELIHAT adalah berkwalitas (ASY SYURA 42 : 11).
SUBHANAHUU WATA’AALA AMMAA YASHIFUUN : DIA MAHA SUCI, DIA MAHA TINGGI DI ATAS SEGALANYA (AL AN’AM 6 : 100).
Dia Dzat Yang Maha luas tanpa keterbatasan Asma dan Sifat, tanpa keterbatasan Ruang dan Waktu, karena memang belum ada ruang dan waktu, belum ada Al Kitab, belum ada Al Qur’an dan hadits, belum ada aksara dan suara apapun… Tidak ada apa-apa di SisiNya. Kosong… Hampa…
Dalam keheningan, rasakan keberadaanNya dalam nurani yang bening…
DIA ADA DAN TAK ADA APA-APA DISAMPINGNYA (HADITS).
Dia adalah dzat mutlak tanpa bentuk, tidak bisa ditanggapi oleh siapapun, tidak terpikirkan oleh akal, tak terbayangkan dan tidak bisa diketahui oleh panca indera. Dia diluar jangkauan konsepsi (transendensi). Dia Dzat Awal adalah MAHA SUCI dari segala sifat yang baru. Walaupun demikian Dzat mutlak ini akan menampakan diri, keluar dari kemurniannya melalui proses penurunan martabat yang disebut proses Tanuzzullat ( Proses emanasi ), disebut sebagai teori panteisme atau neoplatonisme. Konon kabarnya berasal dari filsafat monisme ajaran hindu.

Sabtu, 20 Maret 2010

Dzat Sebagai ANA ( Aku )

Dari HUWA menjadi ANA (AKU) adalah kehadiran DZAT dalam DIRI-NYA SENDIRI (KE-AKUAN-NYA , EGONYA SENDIRI), merupakan tahapan awal (martabat) yang disebut AHADIIYYAH (KE-ESA-AN YANG MURNI). Tahapan Ahaddiyyah merupakan tahapan tertinggi, dimana tahap-tahap lainnya berada di bawahnya. Pada tahap ini Dzat mulai menampakkan Potensial-NYA (Syuyunat), kemampuan ilmu NYA dan Sifat-sifatnya yang muncul dari Dirinya Sendiri. Kemudian Dia memproklamirkan Dirinya Sendiri : Aku adalah Allah tiada Tuhan selain aku (Thaahaa 20 : 14). ALLAH adalah Dzat Yang Maha Sempurna, Dia mencakup semua Asma dan semua sifat DALAM 99 ASMA UL HUSNA, termasuk sifat Keagungan dan Keindahannya ( Sifat Jalal dan Sifat Jamal ). Karena Allah ini mencakup semua Asma dan semua sifat, termasuk sifat Jamal dan Sifat Jalal, maka Allah disebut juga sebagai AL MUHIT (Yang Maha Meliputi).
Setelah menyatakan Dirinya Sendiri sebagai AKU, maka mulailah DIA bertindak sebagai PENGUASA (RUBUBIIYAH, kudrat) yang berkehendak (Irodat). Dia ingin dikenal ingin diketahui oleh mahluknya. Esensi Dzat ingin eksis melalui kemampuan Ilmu dan Sifat-Nya.
AKU ADALAH PERBENDAHARAAN YANG TERSEMBUNYI, MAKA OLEH SEBAB CINTA, AKU INGIN DIKENAL, MAKA AKU JADIKAN MAHLUK (NUR MUHAMAD) AGAR IA MENGENAL AKAN AKU (HADITS QUDSI).
Karena ingin diketahui maka mulailah Dia menjadi Sang Pencipta (AL KHALIQ). BILA DIA MENGHENDAKI SESUATU MAKA DIA BERKATA (MELALUI SIFAT KALAM-NYA) : KUN (JADILAH), MAKA JADI (YASIN 36 : 82).
Pernyataan tersebut merupakan tahapan kedua yang disebut WAHDAH yang dimanifestasikan sebagai cahaya, NUR MUHAMMAD.

ALLAAHU NUURUS SAMAAWAATI WAL ARDHI : ALLAH ADALAH SUMBER CAHAYA LANGIT DAN BUMI ( AN NUUR 24 : 35, AL A’RAAF 7 : 143 ).
HAI MANUSIA TELAH DATANG KEPADAMU BUKTI YANG NYATA DARI TUHAN MU DAN TELAH KAMI TURUNKAN KEPADAMU CAHAYA YANG TERANG ( AN NISA 4 : 174 ).
Pada tahapan ini, didalamnya terkandung semua potensi atau sifat-sifat yang tersembunyi. Tahapan ini disebut juga sebagai Faidhi muqdas ( Pancaran suci atau Berkah suci ). Oleh karena itu ada sesepuh yang berpendapat bahwa malam tanggal 12 Maulud, malam kelahiran Rasulullah adalah malam Berkah Suci yang membawa berkah bagi semua mahluk, sedangkan berkah pada saat Lailatul Qadar, hanya bagi orang-orang terpilih saja. Dengan demikian, adalah sangat wajar bila sesepuh tersebut berpendapat bahwa malam 12 Maulud dianggap mempunyai nilai tertinggi, sehingga diperingati secara khusus …

DAN TIADALAH ALLAH MENGUTUS ENGKAU HAI MUHAMMAD MELAINKAN UNTUK MEMBERI RAHMAT BAGI SELURUH ALAM SEMESTA (AL ANBIYA 21 : 107).

MUHAMMAD BUKANLAH AYAH SALAH SEORANG LAKI-LAKI DIANTARA KALIAN, TAPI DIA ADALAH ROSUL ALLAH DAN PENUTUP PARA ROSUL DAN ALLAH MAHA MENGETAHUI SEGALA SESUATU (AL AHZAB 33 : 40).

BEBERAPA HADIST ROSULULLAH :

ANA MINUURILLAAHI WA KHOLAQ KULLUHUM MINNUURI : AKU BERASAL DARI CAHAYA ALLAH DAN SELURUH ALAM SEMESTA BERASAL DARI CAHAYAKU.

YANG MULA-MULA DIJADIKAN ALLAH ADALAH NUR NABIMU YA JABIR. DAN ALLAH JADIKAN DARI NUR ITU SEGALA SESUATU. DAN ENGKAU WAHAI JABIR ADALAH TERMASUK SESUATU ITU.

AKU MEMILIKI WAKTU KHUSUS DENGAN TUHAN, YANG DI DALAMNYA TIADA LAGI MALAIKAT ATAU ROSULNYA.

AKU SUDAH MENJADI NABI, SEDANG ADAM ADALAH ANTARA AIR DAN LEMPUNG.

AKULAH BAPAK (SUMBER) DARI SEGALA RUH DAN ADAM ADALAH BAPAK DARI SEGALA JASAD (BASYARIYAT).
ANA AHMADUN BILLAA MIM : AKU AHMAD TANPA MIM ( AKU AHAD).

Cahaya (nur) adalah realita atau manifestasi Dzat (Allah) untuk menghadirkan atau menyatakan DIRINYA SENDIRI (KE-AKU-AN NYA, EGO-NYA) dalam keterbatasannya yang pertama …
INNI ANA’LLAAHU LAA ILAAHA ILLAA ANA …. DST
AKU ADALAH ALLAH DAN TIADA TUHAN SELAIN AKU, KARENA ITU SEMBAHLAH AKU DAN DIRIKAN SHOLAT UNTUK MENGINGAT-KU

SESUNGGUHNYA AGAMA KAMU INI SATU AGAMA SAJA, DAN AKU ADALAH TUHAN-MU, KARENA ITU SEMBAHLAH AKU ( AL ANBIYA 21 : 92 ).

Selain menyatakan DIRINYA SENDIRI Dia juga mempunyai potensi atau sifat-sifat untuk memanifestasikan DIRINYA dalam bentuk-bentuk dhohir lain. Tahapan ini disebut WAHIDIIYYAH atau HAQEEQATI INSANI, yang merupakan keterbatasan ke dua dimana pada tahapan ini (DZAT) bisa dipahami oleh panca indera.
Selanjutnya WAHIDIIYYAH dalam rinciannya akan sampai menjadi insan kamil, sampai menjadi debu, akhirnya musnah kembali kepada Allah.
SEGALA SESUATU AKAN MUSNAH KECUALI WAJAH NYA
( AL QAASHAS 28 : 88 ).

JUGA DALAM DIRI MEREKA ( FUSHSHILAT 41 : 53 )
DZAT ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU ( FUSHSHILAT 41 : 54 )
DI BUMI ITU TERDAPAT TANDA-TANDA BAGI ORANG-ORANG YANG YAKIN DAN JUGA DI DALAM DIRIMU. APAKAH KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN
( ADZ-DZAARIYAAT 51 : 21 )

Pada tahapan Wahidiiyyah, Dzat Allah bisa berada di dalam diri setiap insan, di dalam sebuah gunung, di dalam sebutir pasir bahkan di dalam debu sekalipun. Dia ada dimana-mana, namun dalam ke Esa-an Nya Dia tidak kemana-mana.
Berdasarkan penjelasan di atas, di dalam memanifestasikan DIRINYA SENDIRI, untuk keluar dari kemurniannya dan menampakan DIRINYA sampai DZAT bisa dipahami serta bisa diraba-rasakan oleh panca indera adalah melalui tiga tahapan penurunan. Mulai dari DIA (HUU) dalam KE ILLAHIAN (ULUHIYYAH) menjadi AKU (AHADIYYAH), selanjutnya AKU adalah sebagai PENGUASA (RUBUBIYAH) dan juga sebagai PENCIPTA (KHALIQIYAAH).
Pada tahapan ini, mulai tampak adanya ASMA-ASMA YANG MEMERINTAH (Asma ILLAHI). Tahapan Ahadiyyah merupakan tahapan tertinggi, dimana tahapan di bawahnya adalah tahapan WAHDAH yang disebut sebagai tahapan NUR MUHAMMAD, HAQEEQATI MUHAMMAD, disebut juga sebagai FAIDI MUQAADAS (BERKAH SUCI), kemudian selanjutnya turun ke tahapan WAHIDIIYYAH yang disebut juga sebagai HAQEEQATI INSANI.
Pada tahap Wahidiiyyah tampak adanya asma-asma yang diperintah (asma duniawi). Pada tahapan ini Dzat sudah berada dalam bentuk-bentuk dhohir yang bisa dipahami dan dapat diraba-rasakan oleh panca indera.
Ahadiiyyah adalah ke-Esa-an Dzat, wahdah adalah ke-Esa-an Sifat dan Wahidiiyyah adalah ke Esa an Asma. Oleh karena itu Ahadiiyyah, Wahdah dan Wahidiiyyah adalah Qodim …Mungkin bisa kita katakan sebagai berikut : Ahadiiyyah adalah Ke-Esa-an Dzat yang murni, Wahdah adalah kesatuan Dzat (homogen) dan Wahidiiyyahadalah kemajemukan dalam kesatuan Dzat, seperti kata-kata Bhineka Tunggal Ika. Pada tahapan Ahadiiyyah tidak ada apa-apa di sampingnya, ruang dan waktu pun belum ada, yang ada hanya Dzat semata-mata, Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : berdirinya Dzat dengan SENDIRINYA, Asma dan Sifat masih tersembunyi di dalam Dirinya. Oleh karena Dia ingin dikenal maka Dia keluar dari kemurniannya melalui SIFAT IRODATNYA (Kehendak-Nya) dan SIFAT KALAMNYA : KUN (JADILAH) MAKA JADI (FAYAKUN).
Oleh karena belum ada apa-apa selain DIA, maka bahan dasarnya berasal dari DIRINYA SENDIRI, dari NUR-NYA yang dijadikan NUR MUHAMMAD yang disebut juga sebagai JAUHAR AWAL, JAUHAR AKHIR, RUH IDHOFI atau WUJUD IDHOFI. Selanjutnya Nur Muhammad ini merupakan segala sumber bahan baku untuk menciptakan bentuk-bentuk lain-lainnya pada tahapan Wahidiiyyah yang dalam rinciannya adalah : alam arwah, alam mitsal, alam ajsam dan alam insan kamil, sebagai suatu ciptaan yang baru disebut MUHADDAS.
Alam arwah : adalah tahapan dimana pada tahapan ini para Ruh, segala macam jenis Ruh yang diciptakan dari Nur Muhammad, termasuk Ruh Manusia biasa, Ruh Malaikat, Ruh hewan dan tumbuh-tumbuhan terhimpun. Pada tahapan ini para Ruh tersebut sudah berikrar ketika Allah bertanya kepada mereka : BUKANKAH AKU TUHANMU, KEMUDIAN MEREKA MENJAWAB : BENAR KAMI BERSAKSI
( AL A’RAAF 7 : 172 ). Ayat ini merupakan Syahadat Awal sebagai ikrar yang pertama dari para Ruh ketika masih di Alam Arwah.

Alam mitsal : adalah dunia tamsilan, pada tahap ini sudah ada bentuk dasar (prototype, pola dasar) yang tidak bisa di pecah-pecah sebagaimana halnya dengan atom.

Alam ajsam : Tahapan ini disebut juga alam jasad, karena sudah ada bentuk yang lebih kasar dan bisa dibagi-bagi, bisa terurai (munfasil). Disebut juga sebagai alam sebab musabab. Misalnya embryo terbentuk setelah terjadi pembuahan.

Alam insan : Merupakan perpaduan seluruh tahap sebelumnya.

Bila tahapan penurunan kita rinci mulai dari Ahadiiyyah, Wahdah, Wahidiiyyah, alam arwah, alam mitsal, alam ajsam sampai ke alam Insan Kamil, maka akan kita dapatkan 7 tahapan atau martabat. Adapun tahapan-tahapan tersebut hanyalah merupakan hipotesa atau kerangka teoritis untuk mempermudah pemahaman kita dalam masalah Dzat. Maha suci Allah dari segala perumpamaan. Kita hendaknya jangan terpaku kepada Hipotesis apapun, karena Dzat Allah adalah Transenden, tidak bisa terjangkau oleh akal dan pikiran, namun keberadaanNya hanya bisa dirasakan melalui keyakinan hati dari diri kita masing –masing.
Dengan demikian manisfestasi DIRI DZAT menjadi lengkap, mulai dari ke-Abadian dalam ke-Illahian yang tanpa kwalitas (tanzih) meluas ke-Penguasaan (Rububiiyyah) yang berkwalitas (Tasbih) sampai ke-sementara-an yaitu Haqeeqati insani, mulai dari kecerdasan alam semesta, insan kamil sampai menjadi debu …Akhirnya kembali kepada Dzat. Dari Dzat kembali kepada kekekalan Dzat. ( Hukum Kekekalan Dzat, Imanensi ).
Di dalam lautan Ahadiiyyah terbentuk satu gelembung Wahdah, dari satu gelembung tersebut muncul gelembung-gelembung lain yang banyaknya sangat tak terhingga (Wahidiiyyah), bila gelembung-gelembung tersebut pecah maka mereka akan kembali kedalam lautan Ahadiiyyah yang tenang dan tenteram.
Konsep Tanuzzullat merupakan suatu teori HUKUM KEKEKALAN DZAT.
Bukan suatu hal yang mustahil bila HUKUM KEKEKALAN MASA dari ALBERT EINSTEIN yang terkenal dengan Teori Relativitas-nya dengan rumus E = M x C2 mungkin idenya berasal dari teori KEKEKALAN DZAT. Kita tidak tahu… yang kita ketahui adalah bahwa : Einstein berhasil menggetarkan inti atom sehingga menimbulkan ledakan hebat dari bom atom.

SEORANG YANG BERIMAN MANAKALA MENDENGAR ASMA ALLAH AKAN BERGETAR HATINYA (AL ANFAL 8 : 2).

Hatinya yang mana ??? Bila yang dimaksud dengan hati adalah inti, maka setiap sel bahkan setiap atom di tubuh kita mempunyai inti. Di dalam dada ada qolbu, di dalam qolbu ada fuad, di dalam fuad ada sir, di dalam SIR ada AKU.
Bila seorang mukmin bisa menggetarkan hatinya, menggetarkan qolbunya, menggetarkan setiap inti selnya, menggetarkan setiap inti atomnya, menggetarkan AKU yang ada didalamnya, maka betapa dahsyat reaksi yang terjadi, pasti lebih dahsyat dari ledakan Bom Atom.

APABILA DIBACAKAN AYAT-AYAT ALLAH KEPADA MEREKA, MAKA MEREKA MENYUNGKUR, BERSUJUD DAN MENANGIS ( MARYAM 19 : 58 ).

MERINDING KULIT ORANG-ORANG YANG TAKUT KEPADA TUHANNYA, KEMUDIAN MENJADI TENANG KULIT DAN HATI MEREKA DI WAKTU MENGINGAT ALLAH ( AZ-ZUMAR 39 : 33 ).

Setiap orang memiliki potensi tersebut. Karena Dzat Ilahiah ada di dalam diri kita masing-masing. Bagaimana caranya untuk membangkitkan energi dahsyat yang sedang tidur itu ??? Itulah yang harus dicari, pintu ijtihad masih tetap terbuka.
Silahkan cari sendiri …rahasia yang terkandung di dalam Al Qur’an. Rahasia yang terkandung di dalam diri kita sendiri. Kekuatan yang tidak kita sadari, kita sebut kekuatan pikiran alam bawah sadar ( subconscious mind ), kemampuannya jauh lebih besar dari kemampuan pikiran sadar kita ( conscious mind ). Bila kita bisa mempergunakan 15 persen dari kemampuan otak kita, kemampuan pikiran sadar kita, maka kita sudah menjadi orang yang jenius. Kemampuan kita yang 85 persen masih terpendam di alam bawah sadar kita .
Manusia terdiri dari fisik atau jasmaniah, jiwa atau nafsiah dan ruh. Demikian pula mengenai kesadarannya, ada kesadaran fisik didominasi otak kiri, kesadaran jiwa atau nafs untuk menimbang rasa berpusat di qolbu yang didalamnya ada fuad yaitu hati yang bersih. Kemudian kesadaran Ruh, tempatnya lebih dalam dari fuad ( syagofa ), berpusat di hati nurani. Menurut bahasa ilmiahnya ada yang disebut IQ Kecerdasan Intelektual berpusat di otak kiri dan yang di otak kanan ada EQ Kecerdasan Emosional dan SQ Kecerdasan Spiritual. Menurut bahasa para ahli psikologinya mungkin EGO, SUPER EGO dan ID.
Hanya melalui Kesadaran Ruh lah kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan, karena Ruh adalah Dzat Ilahiah. Dzat Ilahiah dengan Dzat Ilahiah saling berkomunikasi.
Menurut bahasa Rosululloh Muhammad Saw :
MANUSIA ITU DALAM KEADAAN TIDUR, KETIKA MATI BARULAH MEREKA TERBANGUN . KITA HARUS BISA MATI SEBELUM MATI .

Rosulullah pun bersabda :
AKU MEMILIKI WAKTU KHUSUS DENGAN TUHAN, YANG DI DALAMNYA TIADA LAGI MALAIKAT ATAU ROSULNYA … Artinya apa ???
Kenapa tiada lagi…??? Muhammadnya kemana…??? Dimana …???
Muhammadnya... lebur … larut … tenggelam … baqo dalam Tuhan …!!!
Anna A’rabun bilaa ain…Aku Arab tanpa huruf ain… Aku Rab…
Aku Ahmad tanpa mim … Aku Ahad …
Manunggaling Kaula Gusti …!!!??? SIAPA TAKUT …!!!???

Menurut bahasa Al Qurannya :
AKU SINGKAPKAN TABIR YANG MENUTUPI MATAMU, MAKA PANDANGAN MATAMU AKAN MENJADI TAJAM ( AL QAAF 50 : 22 )

MEREKA YANG BERJUANG DI JALAN ALLAH, TENTU KAMI BIMBING MEREKA KE JALAN-JALAN KAMI ( AL ANKABUT 29 : 69 ).

BERDO’ALAH KEPADA KU NISCAYA KU PERKENANKAN BAGIMU.
( AL MUKMIN 40 : 60 )

TUHAN AKAN MEMBIMBING KEPADA CAHAYA NYA BAGI SIAPA YANG DIA KEHENDAKI ( AN NUUR 24 : 35 ).
KATAKANLAH ( Hai Muhammad ) : JIKA KAMU MENCINTAI ALLAH IKUTILAH AKU ( Muhammad ), NISCAYA ALLAH MENCINTAI KAMU DAN JUGA MENGAMPUNI DOSA-DOSA KAMU … DST … ( ALI IMRON 3 : 31 ).

Surat ALI IMRON 3 : 31 adalah perintah dari Allah agar kita mengikuti Muhammad.
Rosulullah Muhammad adalah suri tauladan bagi umat Islam. Perilaku beliau dianggap sebagai Al Qur’an yang ke dua. Berarti kita juga harus mengikuti tata cara beliau ketika di guha Hiro, sehingga bisa berkomunikasi dengan Tuhan…!!! Kata Rosulullah, belajarlah sampai ke negeri Cina. Ada apa di Cina ???


Sifat-sifat dari Ahadiiyyah dimanifestasikan dalam Wahdah. Sifat-sifat wahdah dimanifestasikan dalam Wahidiiyyah, maka Wahidiiyyah juga merupakan manifestasi sifat-sifat dari Ahadiiyyah. Akan tetapi di dalam Wahidiiyyah semua Asma dan sifat-sifat Dzat menjadi tersembunyi, dengan perkataan lain DZAT ALLAH dengan segala SIFAT-SIFAT NYA tersembunyi dalam diri setiap insan. Misalnya sifat Laesa kamislihi syae’un, tidak serupa dengan apapun, kenyataannya setiap manusia tidak ada yang serupa, sekalipun dia kembar pasti ada perbedaan, suaranya, korneanya dan garis nasibnya tidak pernah sama. Contoh lainnya adalah Sifat Hayun dan Qoyum, Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri, kenyataannya adalah jantung yang berdenyut sendiri tanpa perintah siapapun. Bila jantung manusia dibelah maka pada penampang anatominya mirip dengan lafad Allah.
Pada jantung manusia ada daerah pusat denyut yang menyebarkan energi ke segenap penjuru dinding jantung agar tetap berdenyut, sedangkan di atas hurup Lam akhir pada lafad Allah ada titik 3 yang disebut Tasydid. Tasydid pada lafad Allah mempunyai makna khusus yang sangat potensil … di dalamnya terkandung sesuatu yang luar biasa … Yang tersembunyi. Demikian menurut para sesepuh.
Kedua contoh tersebut di atas sesuai dengan firman Allah :
AKU CIPTAKAN MANUSIA DENGAN CARA YANG SEMPURNA (ATIN 95 : 4). Agar sempurna maka bahan bakunya juga harus sempurna yaitu Dzat Allah itu sendiri, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

SETELAH SEMPURNA KEJADIANNYA AKU HEMBUSKAN RUHKU KE DALAMNYA ( AL HIJR 15 : 29 ).
Ruh-Ku mengandung makna Essensi Dzat Allah ada didalam semua ciptaanNya. Berarti di dalam diri setiap manusia, ada benih-benih sifat ke-Ilahian.
Dalam biji tersembunyi benih. Benih mempunyai beraneka ragam potensi (sifat) untuk menjadi akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga dan buah sehingga menjadi suatu pohon yang lengkap. Setelah menjadi pohon, maka benih menjadi tersembunyi di dalam pohon, demikian pula sebaliknya …
Surat Al Hijr 15 : 29 mengandung makna yang sangat universal. Ruh Allah, Dzat Ilahiah tidak hanya sekedar di dalam diri setiap umat manusia namun juga berada di dalam semua benda - mahluk ciptaan Allah. Misalnya di dalam bunga-bungaan yang berwarna-warni, sehingga bunga-bunga tersebut tampak menjadi sangat indah, karena di dalamnya ada Ruh Allah, ada Dzat Ilahiah. Bisa kita bayangkan bila bunga-bungaan itu hanya mempunyai satu warna putih saja seperti bunga Angrek Bulan, pasti akan membosankan. Sehingga muncul rekayasa genetika, cara penyilangan yang bisa menghasilkan bunga Angrek Bulan yang berwarna hitam dan yang berwarna-warni. Harga bunga Angrek Bulan yang hitam dan yang berwarna-warni lebih mahal dari bunga Angrek Bulan yang putih. Lalu kenapa kita harus membeda-bedakan sesama umat manusia, berdasarkan ras atau warna kulitnya??? Semua umat manusia sama dimata Allah yang berbeda adalah kadar keimanan dan ketaqwaannya.
DAN DI ANTARA TANDA-TANDA KEKUASAAN-NYA ADALAH PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI, ADANYA ANEKA BAHASA DAN WARNA KULITMU
( AR-RUM 30 : 22 ).
ORANG YANG PALING MULIA DI SISI ALLAH ADALAH DIA YANG PALING TAQWA DIANTARA KALIAN ( AL HUJURAT 49 : 13 ).
Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberagamaan dan keberimanan kita, sudah sewajarnya dan sudah seharusnya bila di dalam perjalanan hidup ini, kita mulai melangkah dari bentuk-bentuk lahiriyah (eksternal) menuju kepada makna yang haqiqi dan tersembunyi (bathin), dari makna yang tersurat kepada makna yang tersirat. Demikian, karena Allah telah membuat perumpamaan-perumpamaan …
Kata Jalaluddin Rumi : Jangan terpaku pada bentuk. Bila kau bijak ambillah mutiara dari cangkangnya.
Oleh karena itu, JANGAN TERPESONA, JALAN TERUS, JANGAN MANDEG.
Sebagai umat Islam setiap hari minimal 17 kali kita memohon kepada Allah :
TUNJUKANLAH JALAN YANG LURUS ( AL FAATIHAH 1 : 6 ).
Kemudian Tuhan berfirman :
INILAH JALAN YANG LURUS MENUJU KEPADA KU ( AL HIJR 15 : 41 ).

KATAKANLAH : INILAH JALANKU, AKU MENGAJAK KAMU KEPADA ALLAH DENGAN PENGLIHATAN YANG NYATA ( YUSUF 12 : 108 ).

Selanjutnya terserah kita, apakah kita akan melalui jalan tersebut atau tidak. Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan dilaluinya. Jalan ke kiri atau ke kanan, ke atas atau kebawah semuanya berada dalam ketentuan hukum-hukum Tuhan. Semuanya berada dalam Ke-Esa-an Tuhan. Lalu bagaimana kita bisa yakin bahwa madu itu manis, bila belum pernah mencicipinya. Bila kita benar-benar mencintai Allah, mau tidak mau kita harus melalui jalan itu, bila tidak berarti kita mencintai yang lain selain Allah. Berarti kita mempersekutukan Allah melalui dosa syirik yang tersembunyi, sehingga akhirnya kita (Umat Islam) akan hancur.
INILAH JALANKU YANG LURUS, HENDAKNYA KAMU MENGIKUTINYA, JANGAN IKUTI JALAN-JALAN LAIN, SEHINGGA KAMU TERCERAI BERAI DARI JALAN NYA… DEMIKIANLAH DIPERINTAHKANNYA KEPADAMU, SUPAYA KAMU BERTAKWA. ( AL AN’AM 6 : 153 ).

BERUNTUNGLAH ORANG-ORANG YANG MENYUCIKAN JIWANYA DAN MERUGILAH ORANG-ORANG YANG MENGOTORINYA ( AL SYAMS 91 : 10 ).

Sesungguhnya sebelum alam semesta dengan segala isinya diciptakan oleh Tuhan, gagasan dan rancangannya sudah ada sebagai ide didalam DIRINYA, DI DALAM PIKIRAN TUHAN, DI DALAM PENGETAHUAN TUHAN, merupakan bentuk-bentuk imaginer (bayangan) di dalam DIRINYA. Tuhan adalah satu tapi ide NYA banyak. Bentuk-bentuk imaginer itulah yang disebut al a’yan tsabiita.
AKU MENCIPTAKAN ENGKAU SEBELUMNYA, KETIKA ENGKAU BELUM APA-APA ( AL MARYAM 19 : 9 )
BUKANKAH TELAH DATANG ATAS MANUSIA SATU WAKTU DARI MASA, SEDANG DIA KETIKA ITU BELUM MERUPAKAN SESUATUYANG DAPAT DISEBUT ( AL INSAN 76 : 1 ).

DIA MENCIPTAKAN MANUSIA DALAM BAYANGAN RAHMAN ( HADITS ).
DIA MENCIPTAKAN MANUSIA (ADAM) SEBAGAIMANA WAJAH NYA.
( HADITS ).

Sebelum penciptaan dilaksanakan, Dia telah mengetahui akan segala macam rinciannya sampai ke bentuk debu sekalipun, oleh karena DIA adalah AL ALIM Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
DIA MAHA MENGETAHUI AKAN SEGALA CIPTAAN-NYA (YASIN 36 : 78).
ALLAH MERANGKUM SEGALA SESUATU DALAM ILMUNYA
(AT THOLAQ 65 : 12).

KEPUNYAAN ALLAH SEGALA YANG ADA DI LANGIT DAN DI BUMI DAN ALLAH MERANGKUM (DALAM ILMUNYA) SEGALA SESUATU
(AN NISA 4 : 126).

TIADAKAH MEREKA MELAKUKAN PERJALANAN DI MUKA BUMI, SEHINGGA MEREKA MEMPUNYAI HATI YANG DENGAN ITU MEREKA MERASA DAN MEMPUNYAI TELINGA YANG DENGAN ITU MEREKA MENDENGAR. SUNGGUH BUKANLAH MATANYA YANG BUTA TETAPI YANG BUTA ADALAH HATINYA YANG ADA DI DALAM DADA
( AL HAJJ 22 : 46 ).

DIA AKAN MEMBERI PETUNJUK KEPADA HATINYA ( AT-TAGABUN 64 : 11 ).

DIALAH YANG MENCIPTAKAN PENDENGARAN, PENGLIHATAN DAN HATI BAGIMU, TETAPI SEDIKIT SAJA KAMU BERSYUKUR ( AL MU’MINUN 23 : 78 ).

JANGANLAH IKUTI APA YANG TIADA KAMU KETAHUI.
SUNGGUH, PENDENGARAN, PENGLIHATAN DAN HATI MASING-MASING AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGAN JAWAB
( AL ISRA 17 : 36 ).

LIDAH, TANGAN DAN KAKI MEREKA MENJADI SAKSI ATAS APA YANG MEREKA LAKUKAN ( AN NUUR 24 : 24 )
BERKATALAH KEPADA KAMI TANGAN MEREKA DAN MEMBERI KESAKSIANLAH KAKI MEREKA TERHADAP APA YANG DAHULU MEREKA USAHAKAN ( YAASSIIN 36 : 65 )

Allah Maha Pencipta. Dia yang menciptakan jagad raya, alam semesta dengan segala isinya. Allah menciptakan manusia dengan cara yang sempurna, bentuk yang sempurna, diberi mata dan telinga untuk menerima informasi, otak untuk berpikir dan hati untuk mempertimbangkan salah dan benar kemudian disimpan di alam bawah sadar. Pada umumnya manusia lebih menyukai informasi yang negatif, sehingga hatinya berkarat, tertutup hal-hal negatif. Di akhirat nanti semuanya akan dimintai pertanggungan jawab termasuk hati, yaitu hati yang tidak pernah mengucapkan Asma Allah. Nuraninya tertutup, benih-benih Ke-Ilahiannya tertutup ego, tertutup berhala duniawi. Biang semua berhala adalah egomu sendiri, demikian kata Rumi. Umat yang seperti itu pasti akan hancur. Ruh tidak pernah dituntut, karena Ruh adalah bagian dari Dzat Allah yang Suci tidak akan kena polusi duniawi. Ruh berasal dari
Demikianlah Allah sebagaimana seorang Arsitek yang akan membangun suatu proyek dimana gagasan dan rancangan proyek tersebut sudah ada di dalam pikiran si Arsitek sesuai dengan pengetahuannya sebagai seorang Arsitek. Gagasan dan rancangan tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk gambar dan rinciannya serta dibuatnya pula bentuk-bentuk miniaturnya sesuai dengan selera si Arsitek.
Allah adalah Maha Arsitek dan DIA adalah AL QADIR Yang Maha Kuasa atas segalanya, semua ciptaan –Nya tergantung kepada Kehendak-Nya. Segala macam ciptaan Nya disebut Makhluk. Makhluk tidak memiliki wujud, kecuali Allah menghendakinya. Hanya Allah yang memiliki wujud mutlak dan Dialah pemilik kehidupan … Kata Einstein semua yang tampak hanya ilusi, hanya bayangan. Karena semua benda, semua atom bisa berubah wujud menjadi energi yang bergetar, yang dinamakan energi Quanta, tidak berwujud dan tidak tampak oleh mata. Energi Quanta bisa berubah menjadi cahaya atau warna dan bisa kembali menjadi atom. Ternyata di dalam setiap energi Quanta sudah terprogram untuk menjadi bahan baku semua benda di alam semesta. Pertanyaannya adalah siapa yang membuat program tersebut ??? Semua Energi adalah Cahaya yang berasal dari SUMBER YANG SATU, dari DIA Yang Maha Memiliki Kudrat dan Irodat atas segala sesuatu...
Berdasarkan penjelasan di atas bisa kita ambil suatu kesimpulan bahwa makhluk ciptaan tidak bisa disamakan dengan Sang Penciptanya. Makhluk tetap makhluk sampai kapanpun, Tuhan tetap Tuhan sampai kapanpun. Seorang hamba jelas tidak bisa berubah menjadi Tuhan.
Walaupun demikian, oleh karena bahan bakunya berasal dari Dzat Allah, maka semua aspek-aspek ketuhanan ada di dalam diri setiap makhluk. Perbedaannya adalah aspek-aspek ketuhanan dalam diri makhluk menjadi tidak sempurna, terikat pada keterbatasan-keterbatasan. Aspek-aspek Ketuhanan dalam DIRI DZAT adalah sempurna, mutlak dan abadi, bebas dari segala keterbatasan… Biji gandum setelah menjadi roti, dia tidak punya kemampuan lagi untuk mengeluarkan benih, namun zat gandumnya tetap ada di dalam roti. Hal ini sesuai dengan hukum kekekalan masa dari Einstein, bila suatu masa energi berubah bentuk menjadi masa energi lain maka potensialitasnya akan berkurang, karena ada bagian masa energi yang hilang.
Dengan demikian keberadaanNYA bisa dimana-mana. Dzat Allah meliputi segala sesuatu ( FUSHSHILAT 41 : 54 ). Namun di dalam ke-Esa-annya Dia tidak kemana-mana. Juga di dalam dirimu apakah engkau tidak memperhatikan ( Adz-DZAARIYAAT 51 : 21 ). Kemanapun engkau menghadap disanalah Wajah Allah, sesungguhnya Allah meliputi segala sesuatu dan mengetahui segala sesuatu (AL BAQARAH 2 : 115). Dia bersamamu dimanapun engkau berada (AL HADID 57 : 4).
Berarti Allah akan selalu mengawasi dan menjadi saksi atas segala tingkah laku kita dimanapun kita berada. Apakah kita tidak malu?

SESUNGGUHNYA ALLAH SELALU MENGAWASI KAMU (AN NISA 4 : 1).
DAN TUHAN MENYAKSIKAN SEGALANYA (AL AHZAB 33 : 52).
DI DALAM DIRI MANUSIA ADA YANG MELIHAT ( AL QIYAMAH 75 : 14 ).
AKU BUKA TABIR YANG MENUTUPI MATAMU, MAKA PANDANGAN MATAMU MENJADI TAJAM ( AL QAAF 50 : 22 ).
penglihatan di dalam Surat Al Qaaf 50 : 22 bukan berarti ketajaman penglihatan mata lahir, akan tetapi mata bathinnya, intuisinya atau pirasatnya, kecerdasannya, nalarnya menjadi tajam. Sehingga orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah akan menjadi kreatif dan inovatif, menjadi panutan dan menjadi nara sumber bagi orang-orang di sekitarnya. Kemampuannya melebihi orang-orang yang jenius. Otak kiri dan otak kanannya bekerja selaras, serasi dan seimbang. Kemampuan kekuatan alam bawah sadarnya meningkat. Karena Allah sendiri yang akan memberikan pengetahuan kepadanya. Allah akan membimbing dengan Cahaya-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Karena Allah adalah Guru Sejatinya…
Sesungguhnya pikiran alam bawah sadar itu adalah kesadaran Ruh… Kesadaran tingkat tinggi … yang disebut KESADARAN SEJATI … Kesadaran dari HATI NURANI yang membawa kita menuju kepada Ilahi Robbi… Sumber Kebenaran dan Kebahagiaan Sejati … Sesungguhnya Hukum-Hukum Allah Yang Asli sudah tercetak di dalam hati nurani setiap manusia, sebagai fitrah manusia, namun tertutup oleh nafsu duniawi…

Sifat-sifat Dzat

Sifat Dzat adalah merupakan manifestasi dari Asma dan Asma merupakan manifestasi daripada Dzat. Berarti Sifat juga merupakan manifestasi daripada Dzat. Di dalam setiap Sifat Dzat terkandung suatu potensi untuk bertindak dan berbuat yang akan menimbulkan akibat-akibat. Sebagai akibat penciptaan maka muncul kehidupan. Adanya kehidupan mengakibatkan munculnya kesadaran akan adanya Dzat. Bila tak ada kehidupan maka tidak akan ada yang menyebut Asma Allah.

Yang pertama kali mengajukan konsep sifat dua puluh dari DZAT adalah Abu Hasan Al Ashary, ulama besar pendiri mahzab Ahlussunnah Wal Jamaah yang ahli dalam Ilmu Kalam (ilmu Usuluddin). Konsep sifat dua puluh tersebut sampai saat ini telah dikenal dan diyakini oleh masyarakat Islam secara luas.

Pada waktu itu konsep Al Ahsary ini banyak mendapat tantangan dari para ulama lainya, diantaranya adalah Hambali dan Al Ghazali yang berpendapat bahwa masalah Ketuhanan tidak bisa dijangkau hanya atas dasar konsepsi akal manusia, Ilmu Kalam ajaran Al Ashary dianggap sebagai penyebab timbulnya silang pendapat diantara sesama Umat Islam.
Adanya perselisihan pendapat diantara para ahli Ilmu Kalam, para ahli filsafat Islam dan para ahli Ilmu Fiqih mengakibatkan umat Islam terpecah belah menjadi bermacam-macam aliran (mazhab), antara lain adalah Mazhab Hanafi, Mazhab Hambali, Mazhab Maliki dan Mazhab Safi’i.
Al Ghazali berhasil mempersatukan pola fikir para ahli syari’at Ilmu Kalam dan pola pikir ahli syari’at Ilmu Fiqih dan juga pola pikir mereka dengan para sufi ahli Tasawwuf. Menurut Al Ghazali : Pendekatan diri dan ma’rifat kepada Allah tidak bisa dilakukan melalui Ilmu Kalam maupun melalui Ilmu Fiqih, akan tetapi harus melalui jalan yang ditempuh oleh para sufi ahli tasawwuf yaitu : Bersihkan hati, istirahatkan pikiran melalui dzikrullah untuk mencapai fana dan kasyaf.
Jalan tersebut penuh dengan bermacam-macam tantangan dan ujian dari Allah yang harus diatasi dengan tetap berpegang pada Tali Allah, bersih hati, rasa kasih-sayang, ketawakalan, kesabaran dan keihklasan serta dzikrullah, mengingat Allah. Oleh karena dengan dzikrullah itulah hati akan menjadi tenang dan tentram, tidak akan ada perselisihan lagi, karena sadar bahwa Allah-lah Yang Maha Benar. Akhirnya mi’raj melalui proses fana dan kasyaf.
Kesempurnaan keberagamaan seorang adalah bila dia telah mencapai tahapan iman, islam dan ihsan. Iman bisa dipelajari melalui ilmu Usuluddin. Islam dipelajari melalui ilmu Fiqih. Ihsan hanya bisa dicapai melalui tasawwuf.
Al Kisah : Ada seorang yang bertanya kepada Rosulullah : Ya Rosulullah apakah Ihsan itu? Kemudian Rosulullah menjawab : Ihsan ialah keadaan ketika engkau menyembah Allah, seakan-akan engkau melihat NYA, bila sekiranya engkau tidak melihat NYA, maka Allah akan melihat engkau.
Para ulama Tasawuf mengatakan bahwa Syare’at tanpa Haqekat adalah hampa, sedangkan Haqekat tanpa Syare’at adalah batal…
Junaed Al Bagdady mengatakan : Syare’at tanpa Haqeqat adalah fasik, sedangkan haqekat tanpa Syare’at adalah zindik, bila seseorang melakukan keduanya maka sempurnalah kebenaran orang itu. Seorang sufi, dia fana dalam dirinya dan baqa dalam Tuhannya. Menurut beliau tasawuf adalah mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat tercela.
Menurut Asy-Syadzili tasawuf adalah praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan.
Ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf adalah membina kebiasaan baik serta menjaga hati dari berbagai keinginan dan hasrat hawa nafsu. Tasawuf adalah ilmu untuk memperbaiki hati dan menjadikannya memasrahkan diri semata-mata kepada Allah. Jalan tasawuf dimulai sebagai ilmu, ditengahnya adalah amal dan pada akhirnya adalah karunia Allah.
Abu Bakar Aceh mengatakan bahwa Al Qur’an adalah sumber pokok, Hadits-Sunnah Rosul petunjuk pelaksanaan yang penting, sedangkan Tassawuf adalah urat nadi pelaksanaan ajaran tersebut.
Tasawuf adalah suatu seni perjalanan spiritual yang transendental, bukan merupakan pekerjaan intelektual melalui kajian ilmiah, bahkan menurut para sufi ilmu pengetahuan merupakan tabir yang sangat pekat.
Mengenai masalah mistik atau tasawuf ini Simuh cenderung memilih definisi dari kamus Inggris yang disusun oleh Hornby dkk yaitu :
Ajaran atau kepercayaan tentang haqekat (kebenaran sejati) atau Tuhan bisa didapatkan melalui meditasi atau tanggapan kejiwaan yang bebas dari tanggapan akal pikiran dan pancaindera. Ciri khusus tassawuf adalah proses fana dan kasyaf.
Tasawwuf sesuai dengan ajaran Al Ghazali secara garis besarnya adalah pelajaran tentang tata cara memurnikan atau mensucikan jasmani dan ruhani, mensucikan lahir dan batin agar bisa menjadi insan kamil yang mendapatkan keridhoan Allah… disertai dzikrullaah sehingga mencapai proses fana dalam dirinya, baqa dalam Tuhannya, musnah ke-aku-annya, tenggelam dalam Tuhannya. Akhirnya kasyaf terbukanya hijab. Dari tulisan-tulisan tentang tasawuf ini, jelas bahwa basis dari tasawuf adalah kesucian hati serta cara menjaganya dari segala hal yang bisa mengotorinya kemudian hasil akhirnya adalah hubungan yang benar-benar harmonis antara manusia dengan Penciptanya.
Dzat Allah merupakan sumber kehidupan. Akibat adanya sifat-sifat kehidupan muncul kesadaran akan adanya (keberadaan) Dzat. Bila tidak ada kehidupan (insan) maka tidak akan ada yang menyebut Asma Dzat (Allah), tak ada yang bersyahadat :
LAA ILAAHA ILALLAAH MUHAMMADAROSULULLAAH…
Pernyataan pertama Laa ilaaha ilallaah memberi nafas kehidupan kepada pernyataan kedua Muhammadarosulullah sedangkan pernyataan kedua menyatakan adanya Dzat Allah. Dengan demikian pernyataan pertama dan kedua sangat erat kaitannya, kedua-duanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain, merupakan suatu kesatuan dua kalimah Syahadat, dwi tunggal yang menurut istilah para sesepuh adalah loro-loroning tunggal, tunggal-tunggaling wisesa.
Artinya kurang lebih adalah : dua dalam kemanunggalan, manunggal dalam keEsaan Dzat Yang Maha Kuasa.
Dalam KeEsaanNya Dzat mempunyai bermacam-macam Asma dan bermacam-macam Sifat. Keberagaman Asma dan Sifat tidak menyebabkan Dzat bertambah menjadi lebih dari satu. Dalam ke Esaan Nya, Dzat tidak menjadi berjenis-jenis.
Sifat yang beragam, kebalikkan dan pertentangannya adalah satu didalam aspek keEsaan Dzat. Misalnya Asma Hadi (Yang memberi petunjuk benar) dan Asma Mudzil (yang menyesatkan), dimana Asma yang satu tidak mengganggu Asma yang lain. Dengan demikian :
Siapapun yang telah diberi petunjuk Allah, maka tak ada sesuatu apapun yang bisa menyesatkannya, dan siapapun yang telah disesatkan Allah, Rosulullahpun tidak bisa meluruskannya.
BARANG SIAPA YANG DIBERI PETUNJUK OLEH ALLAH MAKA DIALAH YANG DAPAT PETUNJUK DAN BARANG SIAPA YANG DISESATKAN-NYA, MAKA KAMU TAK AKAN MENDAPAT SEORANG PEMIMPINPUN YANG DAPAT MEMBERI PETUNJUK KEPADANYA ( AL KAHFI 18 : 17 ).

SIAPA-SIAPA YANG DIKEHENDAKI ALLAH DIBIARKAN NYA SESAT, SIAPA-SIAPA YANG DIKEHENDAKI ALLAH DITEMPATKAN NYA DI JALAN YANG LURUS. (AL AN’AM 6 : 39).

Sesungguhnya Dzat tidak mempunyai manifestasi apapun tanpa manifestasi dari Asma dan Sifat. Apapun yang ada, sifat baik maupun sifat jahat adalah merupakan akibat dari manifestasi Asma dan Sifat, bukan manifestasi dari Dzat.
Dalam hal ini harus kita ingat bahwa semua kebaikan berasal dari Allah. Dibalik ujian dari Tuhan yang terjadi pada diri kita itulah yang terbaik, karena selalu ada hikmah. Semua keburukan yang terjadi pada diri kita, itu karena ulah kita sendiri yang melenceng dari sunnatullah.
APAPUN KEBAIKAN YANG KAMU TERIMA, DATANGNYA DARI ALLAH APAPUN BENCANA YANG MENIMPA DIRIMU, KARENA KESALAHANMU.
( AN-NISAA 4 : 79 )

BERSABARLAH MENUNGGU KEPUTUSAN TUHANMU, SESUNGGUHNYA ENGKAU BERADA DALAM PENGAWASAN KAMI DAN BERTASBIHLAH DENGAN MEMUJI TUHANMU SEWAKTU KAU BANGKIT BERDIRI DAN BERTASBIHLAH KEPADA-NYA PADA WAKTU MALAM DAN TATKALA BINTANG-BINTANG TENGELAM DI SAAT FAJAR ( ATH-THUR 52 : 48-49 ).

Setelah kita menggali dan mempelajari kerangka teoritis atau hipotesa tentang Dzat serta penurunan martabat Dzat sampai kepada rincian Wahidiyyah maka secara garis besarnya akan tampak empat kerangka dasar dari hipotesa tersebut :

1. WUJUD (KEBERADAAN, ESENSI, EKSISTENSI).
Adalah merupakan manifestasi dari sesuatu yang sebelumnya tidak ada, menjadi ada. Dari bentuk imaginer (a’yan-I-tsabiita) dalam pengetahuan Tuhan, kemudian Tuhan yang menjadikan mereka wujud. Dari esensi Dzat, muncul eksistensi Dzat kemudian muncul kehidupan dalam tahapan Wahidiiyyah.

2. ILMU (PENGETAHUAN).
Adalah suatu konsepsi (ide) serta aktualisasi atau pembuktian dan perwujudan dari objek-objek yang diketahui. Hanya Tuhan yang memiliki semua ilmu. Dia Yang maha mengetahui segala sesuatu. Dari pengetahuan diri, menjadi pengetahuan akan kemampuan diri yang maha mendengar, maha melihat … kemudian terealisir menjadi panca indera.

3. NUR ( CAHAYA, KEPRIBADIAN, EGO ).
Adalah manifesatasi Diri Nya sendiri sehingga Dia tampak sebagai yang lain. Dia membimbing dengan Cahaya Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia adalah Cahaya langit dan bumi. Dia sebagai Nurul Ilman, Nurul Iman, Nurul Islam dan Nurul Ihsan.

4. SYUHUUD ( KETAATAN, KEKUASAAN, KEHENDAK ).
Kesadaran akan potensi diri akan menimbulkan ketaatan, kekuasaan dan kehendak. Dia sendiri yang maha taat akan janji Nya. Dia yang ditaati dan Dia adalah ketaatan itu sendiri. Dia membuktikan Ketaatan Dirinya sendiri melalui proses-proses Tanuzzulaat secara bertahap, merupakan suatu proses keluarnya yang ghoib (yang tidak tampak) dan internal (bathin) menjadi tampak (eksternal), merupakan proses penyaksian dari Dirinya Sendiri melalui Cerminnya sendiri.

Dzat Wajibul Wujud

Maha suci Allah dari segala macam perumpamaan. Walaupun demikian di dalam Al Qur’an, keberadaan wujud Allah merupakan keberadaan wujud yang paling dimanifestasikan. Setiap yang berwujud akan mempunyai nama dan sifat.

TUHAN ADALAH CAHAYA LANGIT DAN BUMI. PERUMPAMAAN CAHAYA ALLAH ADALAH SEPERTI RONGGA DALAM DINDING. DALAM RONGGA ITU ADA PELITA PELITA ITU DALAM BOLA KACA. KACA ITU LAKSANA BINTANG BERKILAU. DINYALAKAN DENGAN MINYAK JAITUN YANG DIBERKATI, YANG TUMBUHNYA BUKAN DI TIMUR DAN BUKAN DI BARAT, YANG MINYAKNYA SAJA HAMPIR-HAMPIR BERKILAU DENGAN SENDIRINYA, WALAUPUN API TIDAK MENYENTUHNYA. CAHAYA DI ATAS CAHAYA. ALLAH MENUNTUN KEPADA CAHAYANYA BAGI SIAPA SAJA YANG DIA KEHENDAKI. DAN ALLAH MEMBUAT PERUMPAMAAN BAGI MENUSIA. ALLAH MAHA MENGETAHUI SEGALANYA
( AN NUR 24 : 35 ).

( CAHAYA ITU MENERANGI ) RUMAH-RUMAH DI DALAMNYA ALLAH BERKENAN UNTUK DIHORMATI DAN DISEBUT NAMANYA DAN BERTASBIH DI WAKTU PAGI DAN DAN PETANG
( AN NUR 24 : 36 ).

Keberadaan (eksistensi, kehadiran) Dzat yang dimanifestasikan disebut WUJUD IDHOFI, dinamakan juga bayangan. ALAM TARO ILLAA ROBBIKA KAIFA MADDAZHZHILLA : APAKAH KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN TUHAN MEMANJANGKAN BAYANG-BAYANG-NYA (AL FURQAAN 25 : 45).
Agar DIA bisa merefleksikan bayangan DIRI-NYA SENDIRI, maka Dia telah membuat cermin-cermin yang beraneka ragam dari DIRI-NYA SENDIRI. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah merupakan cermin-cermin tersebut. Cermin yang baik adalah cermin yang mempunyai dua sisi, yaitu sisi terang dan sisi gelap (sifat Jamal dan sifat Jalal). Dalam hal ini ternyata manusia mempunyai sifat seperti cermin tersebut, karena manusiapun mempunyai dua sisi, yaitu qolbu sebagai sisi terang dan jasmani sebagai sisi gelap. Semakin terang qolbu, semakin jelas pula qolbu merefleksikan Tuhan, sesuai dengan Hadits Qudsi :

AKU TIDAK BISA BERADA DI BUMI ATAU PUN DI LANGIT, TAPI AKU BISA BERADA DALAM QOLBU SEORANG MUKMIN YANG BENAR (HADITS).

DI DALAM SETIAP RONGGA ANAK ADAM, AKU CIPTAKAN SUATU MAHLIGAI YANG DISEBUT DADA, DI DALAM DADA ADA QOLBU, DI DALAM QOLBU ADA FUAD, DI DALAM FUAD ADA SIR, DI DALAM SIR ADA AKU, TEMPAT AKU MENIMPAN RAHASIA … (HADITS).

Setiap cermin tidak ambil bagian dalam pengamatan, cahaya yang terang benderang dan kegelapan cermin merupakan alat pengamatan. Walaupun cerminnya beraneka ragam, namun WAJAH SANG PENGAMAT TETAP SATU. Bila kemudian cerminnya hancur luluh, WAJAH SANG PENGAMAT TETAP ABADI ….

Haqiiqati Muhammad (Realitas Muhammad)

Dzat (Allah) memanifestasikan (menyatakan) Dirinya sebagai NUR, Utusan-Nya sebagai Nur, Kitabnya (Al Quran) sebagai Nur, Agama-Nya (Islam) sebagai Nur, Ilmu-Nya sebagai Nur, Iman dan Ihsan sebagai Nur. Oleh karena itu adalah wajar bila Al HALLAJ mengajukan konsep tentang NUR MUHAMMAD sebagai penciptaan awal dari segala macam ciptaan Allah.
Seperti halnya Al Ashary, maka Al Hallaj pun mendapat banyak tantangan dari para ulama lainnya, sehingga Al Hallaj mengalami nasib yang sangat tragis.
Sebaiknya kita tidak terlalu terpaku untuk memperdebatkan kedua konsepsi tersebut, masalah keyakinan tidak bisa dipaksakan, tergantung kepada diri kita masing-masing. Kedua konsep tersebut hanyalah sekedar kerangka teoritis untuk memudahkan pemahaman kita akan keberadaan Dzat LAESA KAMITSLIHI SYAI’UN, tidak serupa dengan apapun. Sesungguhnya Maha Suci Allah dari segala macam perumpamaan… Nur Muhammad dianggap sebagai kesadaran kosmik (SIR)… Di dalam SIR ada AKU.. merupakan sumber asli dari semua pernyataan Diri dalam rinciannya mulai dari Wahdah sampai ke Wahidiiyyah, Haqiiqati Insani, Insan Kamil sampai menjadi debu.
AKU BERASAL DARI CAHAYA ALLAH DAN SELURUH ALAM SEMESTA BERASAL DARI CAHAYAKU…(HADITS).

AKU ADALAH BAPAK DARI SEGALA RUH DAN ADAM ADALAH BAPAK DARI SEGALA JASAD…(HADITS).

Sebagai Berkah Suci yang memberi RAHMAT kepada seluruh alam semesta, maka Haqiiqat Muhammad adalah lebih berhak untuk mendapat gelar JURU SELAMAT dari pada Nabi-Nabi lainnya yang hanya sekadar diutus untuk satu Kaum saja, yaitu Bani Israil, bukan untuk Bangsa Indonesia ataupun untuk bangsa-bangsa lain.
Di dalam setiap khutbahnya Rosulullah senantiasa mengawali Firman Allah dengan seruan sebagai berikut :
HAI MANUSIA atau HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN atau HAI BANI ADAM, HAI ORANG-ORANG KAFIR, HAI AHLUL KITAB.
Berarti Wahyu Islami atau Firman Allah yang disampaikan oleh Rosulullah sesungguhnya ditujukan untuk seluruh umat manusia di dunia, tidak hanya bagi yang muslim saja. Wahyu Islami tidak pernah mengajarkan masalah dosa waris dan tidak pernah mengajarkan bahwa dosa seseorang bisa ditanggung orang lain.

KATAKANLAH : BAGIKU AMALKU DAN BAGIMU AMALMU. KAMU TIADA BERTANGGUNG JAWAB ATAS APA YANG AKU LAKUKAN DAN AKU TIADA BERTANGGUNG JAWAB ATAS APA YANG KAMU LAKUKAN (YUNUS 10 : 41).

BARANG SIAPA MENGERJAKAN KEBAIKAN SEBESAR DEBU, NISCAYA AKAN DILIHATNYA BALASAN DARI KEBAJIKAN ITU DAN BARANG SIAPA MENGERJAKAN KEJAHATAN NISCAYA AKAN DILIHATNYA BALASAN DARI KEJAHATAN ITU (AZ ZILZAL 99 : 7-8).
Sebagai berkah suci maka Haqiiqat Muhammad mencakup semua Asma Dzat, kecuali Asma Hadi ( Yang Memberi Petunjuk ), sedangkan Asma kebalikan dan pertentangannya dicakup oleh Iblis kecuali Asma Mudzil ( Yang menyesatkan ).
Semua mahluk sangat tergantung kepada Allah Yang Maha Meliputi segala sesuatu.
Bila seseorang telah diberi petunjuk Allah maka iblis pun tak akan bisa menyesatkannya demikian pula sebaliknya, bila seseorang telah disesatkan Allah, Rosulullah pun tidak akan bisa meluruskannya, kehendak Allah juga yang berlaku.

HAQIIQATI MUHAMMAD MEMPUNYAI 2 ASPEK :
1. Aspek Internal (Bathin).
Sebagai NUR merupakan realisasi (manifestasi) DIRI DZAT yang menerangi benda-benda lain (SIFAT JAMAL). Mula-mula Allah menjadikan alam semesta ini dalam kegelapan (SIFAT JALAL) : INNA’LLAAHA KHOLAQOL KHOLAQO FIZHZHULUMAATIN, kemudian diterangi oleh NUR MUHAMMAD : MINAZHZHULUMAATI ILAN NUURI. Dari gelap menjadi terang. Tuhan akan membimbing dengan Cahaya Nya kepada CahayaNya.
Dalam kehidupan sehari-hari yang pertama kali kita rasakan adalah adanya cahaya, kemudian benda-benda, bentuk-bentuk dhohir, semua yang ada di dunia ini bisa terlihat dengan jelas.

2. Aspek Eksternal (Zhohir).
Adalah Muhammad yang diciptakan sebagai INSAN, sebagai HAMBA dan UTUSAN ALLAH (ABDUHU WA ROSULLUHU). Sebagai Insan, Jasmani Muhammad adalah REALITAS KEMANUSIAAN (HAQIIQATI INSANIAH). RUUHI AZAAM (RUUHI MUHAMMAD YANG DICIPTAKAN DARI NUR MUHAMMAD), sampai ke Insan Kamil. YANG PERTAMA KALI DICIPTAKAN ALLAH ADALAH AKAL DAN CAHAYAKU (HADITS ROSULULLAH).
Kenyataannya dalam Ilmu Embriologi manusia, setelah terjadi pembuahan, organ janin yang pertama kali tampak berkembang adalah OTAK ….